KABUPATEN SOLOK – Masyarakat Minangkabau biasa bersilang pendapat, dan itu menandakan bahwa kita berpikir. Belum ada patung Liberti dan yang lainnya itu, masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) sudah mengenalkan praktek egaliter tersebut, “Duduek samo randah, tagak samo tinggi, biaso ba beda pandapek”.
Hal itu disampaikan oleh Tokoh Nasional, mantan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Gamawan Fauzi saat menyampaikan kata sambutan dalam Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Solok, dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Solok ke-110 Tahun 2023, di Gedung DPRD Kabupaten Solok Arosuka, Minggu (09/04/2023).
“Biasa berbeda pendapat, apalagi antara DPRD dengan eksekutif. Kita seharusnya mengajarkan kepada publik bahwa kita adalah bangsa demokrasi, apalagi Solok. Kalau Minang egaliter tentunya Solok lebih egaliter lagi,” kata Gamawan Fauzi.
Berbeda boleh, imbuhnya, karena dengan berbeda itulah terjadi dinamika dan akan memunculkan spirit baru. “Basilang kayu dalam tungku, baitu api mangko ka iduik”, bukan sekedar menurut-nurut saja namun harus ada pikiran.
“Seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Solok bukan hanya Pemerintah Daerah (Pemda), akan tetapi mustinya rakyat bergembira. Dengan kegembiraan itu kita melakukan renungan karena perjalanan Kabupaten Solok masih panjang,” ingatnya.
Disampaikannya, pada kesempatan berikut, nama Bupati Solok dan Ketua DPRD sekarang akan disebut pada periode generasi berikutnya, seperti sekarang ini. Anak cucu akan mendengar. Jadi, jadikanlah Kabupaten seperti yang seharusnya.
“Pada kesempatan ini karena ulang tahun Kabupaten Solok, saya berbicara sebagai manusia bebas, bukan bagian dari pemerintah, sebagai rakyat Kabupaten Solok dan anak Kabupaten Solok. Sebagai orang Solok, sebagai orang tua Solok berhak saya mendamaikan bapak-bapak sebagai pejabat baru, dan berhak saya menasehati adik-adik di pemerintahan. Karena saya sudah sejak tahun 1982 sudah di pemerintahan,” tuturnya.
Ini sejarah baru, dilanjutkan Gamawan Fauzi, jadikanlah hari sekitar peristiwa hari ini. Dengan telah 110 tahun Kabupaten Solok ini, mari kita lakukan perenungan perjalanan panjang kita.
“Solok pernah berjaya, dan itu akan dibawa kemana atau hanya untuk disebut-sebut saja, atau kita jadikan ini momentum ketika Hari Jadi Kabupaten Solok ke-110 ini untuk membulatkan tekad kita bersama,” ingatnya.
Mari kita seayun selangkah, ajaknya, jangan hanya menyebut pituah-pituah adat “Ka mudiek sarangkueh galah, ka ilie sarangkueh dayuang”. Amalkan itu, karena nilai-nilai pituah dan filsafat Minang luar biasa hebatnya.
“Berangkulan kita, bukan bermusuhan karena ini demi rakyat bukan demi pribadi. DPRD silahkan kritik eksekutif, dan sewaktu saya menjabat bupati, saya meminta orang diluar pemerintah untuk mengontrol kami pemerintah daerah. Karena kritik itu membangunkan kita, menyadarkan kita bahwa masih banyak kekurangan,” terangnya.
Sepanjang masih mengaku berdemokrasi, dikatakannya, sampai kiamat hubungan DPRD dan eksekutif akan terus seperti itu. Ketua DPRD jangan dimasukkan ke dalam hati, apa yang harus disampaikan sampaikan saja. Bupati juga jangan pula dimasukkan kedalam hati, dan jadikan itu sebagai perbaikan. (Rd)