SOLOK KOTA – “Kota agamais dan kota beras julukannya, alam yang subur agamais masyarakatnya, sinergi dan kolaborasi harus tetap kita jaga, pariwisata bangkit ekonomi pulih masyarakat makin berdaya”.
Seutas pantun pujian atas kunjungan ke Kota Solok, dan menjelang menutup kata sambutannya oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani, pada Pembukaan Event Rang Solok Baralek Gadang di Kota Solok, Kamis (22/09/2022).
Namun pujian tersebut kandas dan terjawab sudah, dimana tak lama setelah Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Wakil Gubernur Audy Joinaldy memberi sambutan, sebahagian para peserta atraksi tari wanita tidak menutup aurat (diperlihatkan), dan itu bertolak belakang dengan identitasnya (tanda) perempuan Minangkabau (Kota Solok).
Dengan tidak tertutupnya aurat sebahagian para peserta atraksi tari wanita tersebut, yang tampil memeriahkan Pembukaan Event Rang Solok Baralek Gadang yang dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy, menuai keritikan dan merusak citra Kota Solok sebagai kota yang agamais, apalagi Kota Solok dikenal dengan Kota Beras Serambi Medinah.
Dari pantauan media ini, para peserta atraksi tari wanita yang tidak menutup auratnya tersebut, mereka begitu antusias dalam menunaikan perannya sebagai peserta tari, yang menari berlenggak lenggok di depan pejabat utama Kota Solok, perwakilan pusat ataupun pejabat provinsi Sumbar dan daerah sekitar Kota Solok.
Sementara itu, Wakil Ketua Panitia pelaksana Event Rang Solok Baralek Gadang, sekaligus Kepala Dinas Pariwisata Kota Solok Elvy Basri menyebutkan memang kita temui di lapangan, karena dia atraksinya di dalam sawah dan kondisinya sawah basah.
“Dan mereka bergerak aktif, ya tentu saja mungkin ada titik-titik tertentu beberapa orang yang agak terbuka, tapi pada hakekatnya kita melakukan itu sesuai dengan seni geraknya,” kata Elvy Basri pada awak media, Jumat (23/09/2022).
Disebutkan Elvy Basri, kita tak mungkin memakai jilbab seluruhnya, mungkin seperti itu. Kita mungkin menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Kalau mereka pakai jilbab, nutup, sementara tari masal ini seni tarinya bergerak aktif, kan bisa kita lihat langsung di lapangan. (Tim)