7.topone.id – Pelayanan kesehatan yang optimal seharusnya berjalan seiring dengan ketersediaan tenaga medis. Namun kondisi tersebut belum dirasakan di Puskesmas Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok. Kekurangan tenaga medis di fasilitas kesehatan tersebut dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab utama lemahnya layanan kesehatan kepada masyarakat.
Puskesmas sebagai garda terdepan sistem pelayanan kesehatan dasar, memiliki peran vital dalam menjangkau masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Tak hanya sebagai tempat pengobatan, Puskesmas juga menjadi pusat edukasi, pencegahan penyakit, dan promosi hidup sehat. Namun, ketika jumlah tenaga medis tak memadai, semua peran itu menjadi sulit dijalankan secara maksimal.
Kepala Puskesmas Sirukam, Ahda Saspera, S.Km mengungkapkan bahwa jumlah tenaga medis saat ini jauh dari cukup untuk menjawab kebutuhan pelayanan yang semakin meningkat. Ia menyebutkan bahwa sejak tahun 2023 hingga 2024, terjadi pengurangan signifikan tenaga kesehatan akibat pensiun dan mutasi.
“Pada tahun 2023, satu perawat pensiun dan empat bidan pindah tugas. Tahun ini, satu perawat kembali pensiun dan satu lagi mutasi ke daerah lain karena lulus PNS. Ironisnya, hingga saat ini belum ada penambahan ataupun pengganti,” ujar Ahda Saspera kepada awak media beberapa waktu lalu, di nagari setempat.
Kondisi ini memaksa tenaga kesehatan yang tersisa harus bekerja ekstra. Pelayanan di ruang gawat darurat (IGD) bahkan melibatkan bidan desa, yang dalam praktiknya tidak ideal karena ada bidan yang harus menangani lebih dari dua jorong.
Selain itu, Puskesmas Sirukam kini telah mengaktifkan ruang bersalin khusus yang terpisah dari ruang rawat inap, yang dulunya bekas rumah dinas camat, untuk menunjang pelayanan persalinan normal yang kini wajib dilakukan di Puskesmas.
Namun, tanpa dukungan tenaga medis yang memadai, langkah ini pun tak cukup menopang beban kerja yang semakin berat. Pasien kerap mengeluhkan waktu tunggu yang lama, sementara para tenaga medis pun mengalami kelelahan fisik dan tekanan mental karena harus melayani dalam keterbatasan.
“Kondisi ini sangat tidak efektif. Kami sudah mengusulkan penambahan tenaga medis agar pelayanan bisa kembali maksimal dan masyarakat tidak dirugikan,” imbuh Ahda Saspera.
Kekurangan tenaga medis di Puskesmas Sirukam bukan hanya berdampak pada pelayanan, tetapi juga pada kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Padahal Puskesmas memegang peran strategis dalam menekan angka kesakitan dan kematian melalui program-program preventif seperti imunisasi, posyandu, pemeriksaan kehamilan, dan promosi hidup bersih.
Masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Penambahan tenaga medis, distribusi tenaga kesehatan yang lebih merata, serta peningkatan kesejahteraan nakes menjadi kebutuhan mendesak agar pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas bisa dinikmati secara adil oleh seluruh lapisan masyarakat. (Rd)